kwvwCjc9JlPxMerN0XtrFqINgoPtZhLVJN2mDQFb
© suguhanku. All rights reserved. Developed by Jago Desain

404Something Wrong!

The page you've requested can't be found. Why don't you browse around?

Take me back

Labels

Bookmark

Sejarah Baklava: Kue Yunani, Turki, dan Persia

Beberapa tahun terakhir, baklava mulai viral di Indonesia. Sedangkan di lintas benua, baklava adalah kue yang memiliki sejarah yang panjang. Dan tak bisa disangkal, beberapa orang yakin bahwa baklava berasal dari Yunani, Turki dan Persia.

Ini disebabkan karena hidangan penutup yang lezat ini telah ada selama berabad-abad, sehingga asal-usul kue ini samar. Walaupun demikian, kebanyakan orang mengakui bahwa kue ini berasal dari Yunani atau Turki.

Karena hidangan ini telah ada di penjuru dunia, setiap negara khususnya Yunani dan Turki memiliki cara membuat dan memakan baklava.

Sejarah Baklava
Baklava

Sejarah Baklava: Yunani, Turki dan Persia

Yunani Kuno dan Roma Kuno

Di dalam sejarah Yunani Kuno dan Roma Kuno, baklava telah ditemukan sejak awal abad ke-2 SM. Orang-orang percaya bahwa pada dasarnya, baklava adalah kue plasenta. 

Kue plasenta sendiri adalah kue yang terdiri dari lapisan lembar adonan yang diselingi dengan campuran keju dan madu. Lalu, kue tersebut ditaburi bumbu dengan daun salam, dipanggang, kemudian direndam di dalam air madu. 

Jauh sebelum baklava ditemukan, sejarawan percaya bahwa kue plasenta berasal dari bahasa Yunani yaitu “plakous” yang artinya “roti pipih berlapis tipis”. Selain itu, sejarawan berpendapat bahwa resep plasenta telah ditemukan di Cato’s De Agri Cultura, yaitu resep Latin pada tahun 160 SM yang ditulis dengan bahasa Yunani.

Pendapat sejarawan tersebut dikuatkan dengan bukti pendukung berupa teori, yang ada di dalam teks Homer’s Odyssey yang merujuk pada kue mirip baklava.Oleh karena itu, para sarjana sejarah berspekulasi bahwa resep baklava Roma hanya diadaptasi dari buku masakan Yunani.

Namun, beberapa orang mengkritik bahwa Cato adalah seorang anti Yunani, jadi tidak mungkin bagi Cato memasukkan resep Yunani dalam esainya. Di sisi lain, sejarawan menganggap plasenta, sebenarnya berasal dari bahasa Latin, dan bukan bahasa Yunani. Meskipun terdapat bukti kuat bahwa baklava berasal dari Yunani kuno, yang kemudian pada zaman Romawi kuno dimakan dalam bentuk plasenta.

Baca Juga: Sejarah Shashlik: Sate Russia yang Viral

Sejarah Baklava
Baklava

Turki dan Kesultanan Utsmaniyah

Sejarawan percaya bahwa baklava awal mula baklava adalah roti pipih yang biasa dibuat oleh orang Turki nomaden pada abad ke-11 M. Roti pipih sendiri adalah roti yang dibuat dari tepung, air, dan garam yang dibentuk menjadi adonan datar. Beberapa roti pipih dibuat tanpa ragi.

Fakta ini dikuatkan dengan kemunculan kata “yuvgha” yang artinya roti berlipat-lipat. Kata yuvgha termasuk di dalam kosakata bahasa Turki apad ke-11 M. Oleh karena itu, kata tersebut menguatkan pendapat bahwa baklava berasal dari Turki.

Meskipun demikian, orang Turki nomaden tidak memiliki akses untuk membuat kue panggang seperti oven. Oleh karena itu, sejawan percaya bahwa praktik melapisi yuvgha kemudian berkembang menjadi membuat kue baklava.

Selanjuatnya, baklava yang seperti kita jumpai saat ini merupakan hasil dari tradisi Sultan Sulaiman I (Sultan Turki Ustmaniyah ke 10). Yaitu pada saat ramadhan tiba, Sang Sultan menyajikan banyak nampan baklava untuk Resimen Janissari (prajurit). 

Dimana waktu itu setelah Sang Sultan menyelesaikan pidatonya, para prajurit akan berbaris kembali ke barak mereka dengan membawa baklava. Parade tersebut dikenal dengan Prosesi Baklva. Dan pagi harinya, prajurit berbaris untuk mengembalikan nampannya.

Baklava pada upacara tersebut menurut sebagian sejarawan mirip dengan baklava yang saat ini kita jumpai. Hal ini masuk akal karena dahulu di Istana Topkapi Istanbul telah memiliki akses sumber daya yang diperlukan, seperti oven.

Dari sejarah, dirasa baklava bisa jadi berasal dari Yunani dan Romawi kuno yang kemudian berkembang di Kesultanan Turki. Meskipun demikian, beberapa sarjana yakin bahwa baklava berasal dari Persia. berikut penjelasannya.

Sejarah Baklava
Sultan Sulaiman I. Pic: wikimedia.org

Persia

Sejarah baklava bagi Persia awal mulanya muncul pada buku resep memasak Persia pada abad ke-9, yang selanjutnya berkembang pada buku masak abad ke-13. Di dalam buku ini, tercantum bahwa hidangan penutup kue pastry dilapisi dengan kue yang sangat tipis dan dibasahi dengan madu.

Kemudian, pembuat roti Timur Tengah menggunakan praktik Turki dalam melapisi bahan-bahan tersebut, sehingga dimungkinkan menghasilkan sebuah kue mirip baklava seperti yang kita jumpai saat ini.

Sehingga sejarawan berpendapat bahwa Bizantium dan Persia bercampur menjadi satu sehingga menciptakan hidangan penutup berupa baklava yang seperti kita kenal saat ini.

Dari sejarah singkat tersebut disimpulkan bahwa setiap budaya datang dan pergi, dan menghasilkan kue baklava sesuai dengan budaya dan cara memasak mereka.

Penjelasan sejarah baklava ini dikutip dari junglejims.com

Sejarah Baklava
Baklava

Baklava Hari Ini

Baklava adalah kue yang terdiri dari lapisan adonan tepung. Pembuatan lapisan kuwi ini tidak menggunakan ragi. Lapisan demi lapisan dibuat sangat tipis, yang setiap lapisannya diselingi dengan kacang kenari, almond dan pistachio.

Seperti pada awal mulanya, kue ini disuguhkan di atas nampan besar dengan lapisan mentega di atas kue untuk dipanggang. Kemudian, pada permukaan baklava dituangkan sirup manis yang terbuat dari madu, kayu manis dan lemon, lalu dipotong-potong menjadi bagian kecil-kecil.

Dahulu, baklava disuguhkan khusus untuk para sultan dan pejabat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatannya membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi. Dimana hanya beberapa koki terampil yang mendapatkan kepercayaan untuk membuatnya.

Oleh karena itu, Baklava termasuk dalam kategori kue yang mahal. Jika sahabat tertarik untuk membelinya, di Indonesia sendiri telah hadir beberapa toko roti, kedai maupun caffe dengan harga yang lumayan mahal. Harga tersebut sesuai dengan bahan-bahan pilihan dan rasa yang mendunia.

Posting Komentar

Posting Komentar